Jumat, 28 Mei 2010

MEMBUAT JARINGAN P2P

Saya membuat blog ini sebagai media pengingat/atau slave storage bagi saya, tujuannya jika saya lupa dengan mudah dapat segera saya akses kapan pun dan dimanapun. Saya tidak akan menjelaskan jaringan peer to peer itu apa (P2P) karena buat apa saya tulis lagi karena pengertian demikian insya Allah saya akan ingat selalu. Saya mungkin akan lupa di hal tekni yaitu bagaimna membuat jaringan P2P?.

Nah inilah tahapan pembuatan membuat jaringan P2P;
1. Sediakan dua kompi bisa laptop dengan pc atau sesama pc atau sesama laptop.
2. Pastikan semua kompi sdh ada lan cardnya.
3. Buat kabel tipe cross dari kabel UTP dengan konektor RJ-45
4. Sambungkan masing2 konektor kabel UTP tersebut ke slot nya di lan card msg2 kompi.
5.(Kompi 1 saya beri nama kompi A, dan kompi ke-2 disebut kompi B)agar memudahkan penyebutan.
6. PC A masuk ke view network dan buat IP misal:191.168.0.1, subnet difault
7. PC B juga demikian, namun IP:192.168.0.2, subnet mask default
9. Buka My Computer masuk Propertis dan sharing alow
10. Di Lan card tab sharing.
11. Untuk tes dengan :ping -t 192.168.0.1 Enter

MEMAANAGE RASA KANTUK

saya sehari tidur kurang dari 5 jam sehari, ini sdh terpola sejak lama, kurang lebih 10 tahun yang lalu. saya terbiasa tidur jam 11 malam dan bangun jam 3 atau jam 4 pagi. mengapa demikian karena kebutuhan yang mengahruskan begitu. Ketika saya SMA saya harus menyelesaikan banyak PR dan belajar samapai jam 11 malam biasanya baru selesai. Jam 3 - 4 pagi saya bangun untuk sholat malam dan terkadang kalau waktunya cukup saya sempatkan mengulang pelajaran walau hanya 15 -30 menit. Ini saya lakukan secara alami tanpa doping atau bantuan obat-obatan perangsang syaraf agar tetap melek. Rutinitas saya setiap hari senin-sabtu sekolah pulang menjelang magrib, bahkan kadang magrib. Kebetulan saya sekolah di salah satu SMA yang dianggap favorit di kota saya, sehingga jam nya begitu disiplin sampai sore.

Ketika saya kuliah juga demikian, saya terbiasa tidur kurang dari 5 jam per hari. Namun aktifitas saya tidak lagi seperti di SMA yang hanya Osis dan belajar. Di PT saya punya obsesi bukan cuma menjadi mahasiswa kutu buku, namun mahasiswa plus-plus, artinya kuliah ya, tapi tetap mengikuti kegiatan ekstra kurikuler untuk mengasah kemampuan manajerial dan diplomasi. Dengan ambisi demikian saya mengikuti 3 ekstra kurikuler sekaligus, dan ternyata saya kelimpungan. Hasil akademik semester 1 rendah. Akhirnya saya hanya mengikuti 2 ekstra saja agar tidak terlalu capek untuk urusan akademik. Dan ini berhasil saya lakukan. Saya berusaha menjaga pola makan dan kecukupan gizi, susu, makan berprotein nabati serta hewani plus vitamin menjadi menu wajib buat saya. Semester 2 nilai saya naik drastis.

Ketika saya bekerja sambil melanjutkan study S2 pola hidup bangun jam 4 tidur jam 11 kadang jam 1 malam menjadi keharusan karena tuntutan tugas kuliah dan beban kerja yang harus siselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dengan pola konsumsi makanan pokok ber gizi dan suplemen madu, habatus saudah (jintan hitam), dan vitamin C menjadi ritual yang tidak bisa saya tingalkan. Saya pernah 1-2 bulan meninggalkan polas konsumsi seperti ini dengan menurunkan kualitas ternyata daya tahan tubuh saya menurun. Alhamdulillah saya bisa memanage kantuk untuk keberhasilan kerja dan study.

Ketika saya pindah ke jakarta, saya sempat meninggalkan pola hidup seperti ini padahal dengan beban kerja yang lebih berat. Ternyata saya tidak bisa memanage rasa kantuk dan stamina saya. saya seringa capek dan akhirnya ngantuk trus tertidur. Ahir-akhir ini saya mencoba menerapkan pola hidup dan pola konsumsi makanan seperti dulu lagi. sehari makan minimal 3x dengan asupan proten, karbohidrat, mineral dan vitamin. Untuk Karbohidrat saya menyantap @sepiring nasi, protein ikan atau ayam, mineral dan vitamin dari suplemen serta buah-buahan segar. Istirahat kurang dari 5 jam per hari. Dengan pola seperti itu sepertinya saya harus mengurangi jam tidur saya menjadi 4 jam semalam dan (23.00-04.00) menjadi (00.00-04.00). Namun saya tetap belum bisa, pagi2 sudah loyo. Saya mencoba menambah supplemen dengan pola hidup sehat:mulai minum susu organik sehari 2 gelas, habatussaudah sehari 3x, minum madu murni sehari 2x, vitamin C, kopi sehari 2-3x, (terkadang kalu capek baget saya minum susu beruang dan schot dha). dengan begitu saya berharap memanage waktu untuk kesuksesan hidup dan karir saya dapat berhasil dengan sebaik-baiknya. Dengan kesehatan tetap terjaga.
(Bismillah, semoga Allah meridoi dan selalu menjaga saya & keluarga,memudahkan segala urusan saya, amiin)

Sabtu, 22 Mei 2010

Memunculkan Menu DeepFreeze

Setelah selesai diinstall DeepFreeze harus dirubah passwordnya agar pass dapat diingat.
Utuk Menampilkan DF tekan tombol Shift dan arahkan pointer ke icon DF pada sistray kanan windows kemudian di klik icon DF tersebut.

Jumat, 21 Mei 2010

Membangun Kultur Sekolah

MESKI tidak sepenuhnya benar, mendidik anak itu mirip menyemai benih pohon. Misalnya Anda ingin menanam pohon kurma yang benih atau bibitnya diambil dari tanah Arab,Anda perlu menganalisis dan mengondisikan tanah serta cuaca yang cocok sebelum benih kurma ditanam di Indonesia.


Logika ini juga berlaku dalam dunia pendidikan,meskipun bibit pohon tidak persis sama dengan anak manusia. Banyak anak yang memiliki bakat hebat, tapi karena kondisi sekolahnya tidak mendukung, anak dimaksud tidak tumbuh optimal. Bakatnya terpendam, bahkan mati. Sebaliknya,anak yang kepintaran dan bakatnya sedang-sedang saja, tapi karena lingkungan sekolahnya bagus, anak tersebut tumbuh sebagai anak yang mandiri dan sukses. Berdasarkan argumen di atas, kemudian muncul formula bahwa apa yang disebut school culture sangat vital perannya bagi sebuah proses pendidikan. Sayangnya selama ini kita lebih sibuk berbicara kurikulum, jumlah ketersediaan guru, tunjangan guru, dan target kelulusan dalam ujian nasional; sedikit sekali berbicara tentang budaya sekolah.

Padahal akhirakhir ini pemerintah mulai berbicara pentingnya pembentukan karakter. Tanpa budaya sekolah yang bagus akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi anakanak didik kita. Jika budaya sekolah sudah mapan, siapa pun yang masuk dan bergabung ke sekolah itu hampir secara otomatis akan mengikuti tradisi yang telah ada. Contoh yang paling nyata adalah budaya bersih dan hidup tertib di Singapura. Tidak hanya sebatas school culture.Di sana bahkan sudah tumbuh city culture, yang antara lain ditandai hidup bersih, budaya antre, dan disiplin. Orang Indonesia yang tidak terbiasa hidup bersih dan disiplin berlalu lintas, begitu masuk Singapura tiba-tiba menjadi berubah, menyesuaikan dengan kultur yang ada. Budaya sekolah,atau lebih luas lagi budaya pendidikan, yang dimaksud dalam tulisan ini secara sangat menarik dan gamblang dilukiskan oleh A Fuadi dalam novelnya Negeri Lima Menara.

Novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata, entah sudah berapa kali mengalami cetak ulang, sampai-sampai pernah diangkat dalam acara Kick Andy Show di Metro TV dan sekarang tengah dalam persiapan diangkat dalam film layar lebar. Di samping Laskar Pelangi, novel ini sangat bagus menggambarkan betapa vitalnya kultur pendidikan bagi proses pendidikan siswa. Secara pribadi saya menyarankan agar para pendidik membacanya. Budaya sekolah adalah sebuah pengondisian lingkungan berdasarkan konsep yang jelas,lalu dijaga dan dipupuk ibarat kita membuat hutan kota sehingga tumbuh kokoh, tempat orang berlindung mencari keteduhan dan menghirup oksigen. Dalam novelnya Fuadi melukiskan pengalaman pribadinya ketika belajar di Pesantren Gontor,Ponorogo,Jawa Timur.

Dia masuk ritme kehidupan pondok selama enam tahun siang dan malam, mirip ketika kita bergabung dalam adegan tawaf, tak ada pilihan lain selain mengikuti gerakan massa memutari Kakbah. Siapa pun yang pernah belajar di Gontor akan mengalami bagaimana belajar berbicara Arab atau Inggris yang berlangsung setiap saat, sampai-sampai yang berbicara bahasa Indonesia akan kena hukuman. Hanya dalam waktu setahun mereka sudah terbiasa berbicara dan pidato dalam dua bahasa itu, apa pun mutunya karena yang penting adalah keberanian dan kebiasaan berbicara dalam bahasa asing, soal gramatika belakangan. Ini contoh kecil elemen sebuah budaya sekolah di mana kurikulum pelajaran resmi yang ditetapkan pemerintah sudah lebur dalam ritme kehidupan sehari-hari.

Sebuah budaya mengasumsikan kehidupan yang berjalan natural,tidak lagi dirasakan sebagai beban. Karena itu merancang budaya sekolah mesti memikirkan dan menyiapkan pula kehidupan seni dan olahraga serta ruang kebebasan kreasi anak. Dengan demikian, proses pendidikan dan beban kurikulum sekolah tidak dirasakan sebagai beban, melainkan tantangan layaknya dalam sebuah permainan olahraga yang penuh semangat, tapi tetap ada wasit ataupun peraturan baku.Wasit yang bagus adalah berupa kesadaran menjaga mutu permainan yang datang dari para pemain sendiri. Gambaran itu sangat menarik dan begitu jelas disajikan dalam Negeri Lima Menara.

Saya sendiri mengamati beberapa sekolah yang berhasil membangun school culture yang bagus dan mapan. Di Sekolah Madania, Parung, Bogor, Jawa Barat, misalnya, para siswa sejak SMP sampai SMU memiliki tradisi membaca buku-buku bahasa Inggris dan melakukan riset kepustakaan melalui internet lalu dituliskan dalam sebuah paper singkat.Tradisi baca tulis dalam bahasa Inggris ini telah membudaya sehingga beberapa alumni Madania yang sudah kuliah baik di dalam maupun di luar negeri ketika ada tugas riset dan menulis makalah tidak merasakannya sebagai beban yang memberatkan. Masa-masa sekolah adalah sebuah formative years, masa pembentukan karakter yang sangat menentukan fondasi moral-intelektual seseorang seumur hidupnya.

Anak-anak yang sukses di bangku kuliah akan sangat ditentukan bagaimana kualitas dan kebiasaan belajar serta hidupnya di usia sebelumnya. Di kampus saya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, siapa saja anak-anak yang akan sukses sudah mulai terbaca dengan mengamati asal-usul sekolahnya dan hasil seleksi masuknya.Dalam hal karakter, perguruan tinggi hanyalah kelanjutan dari apa yang sudah terbentuk sebelumnya. Perguruan tinggi memang berhasil mewisuda mahasiswanya sebagai seorang sarjana, namun saya ragu, benarkah sistem perkuliahan yang ada mampu membentuk karakter seseorang? (*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah
http://17-08-1945.blogspot.com/2010/05/koran-digital-komaruddin-hidayat_20.html

Selasa, 18 Mei 2010

Operasi Penjumlahan Sederhana Pada Excel

Fungsi dasar penjumlahan pada excel dengan menggunakan formula "SUM"
1. Masuk ke kolom kosong yang akan di jadikan hasil penjumlahan.
2. Tulis perintah berikut:
=sum(klik kolom yang akan dijumlahkan sambil tekan tombol keyboard Shift selanjutnya tekan Enter.

Senin, 17 Mei 2010

Paradigma Nasional

Paradigma nasional meliputi 4 unsur yaitu
Pancasila sebagai landasan Ideologi bangsa dan negara,
UUD 1945 sebgai landasan konstitusional,
Wawasan nusantara sebagai landasan visioner
Ketahanan nasional sebagai landasan konseptual dan
RPJM landasan operasional.

Sabtu, 15 Mei 2010

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Kadang kita tidak menyadari atau memang tidak tahu bahwa keberhasilan dan kesuksesan seseorang di karir nya sangat dipengaruhi keharmonisanya dirumah tangga. Walaupun ada juga yang rumah tangganya bobrok namun karirnya tetap gemilang. Menurut saya kesuksesan seperti ini kesuksesan semu. Kesuksesan sejati adalah bagaiman dia bisa sukses di karir namun sukses juga dalam membina hubungan dengan keluarga dan masyarakat dilingkungan/tetangganya. Kesuksesan model seperti ini saya anggap "Sukses yang Ideal". Sukses yang ideal dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.

Jaga Stabilitas
Untuk menjaga hubungan yang baik di dalam keluarga sebaiknya suami atau istri jangan hanya dianggap pasangan hidup namu juga mitra /tim sukses dalam membina keluarga dan karir. Selalu ciptakan kecerian di dalam rumah. Hindari hal -hal yang bisa memicu instabilitas hubungan keluarga. Cukupi semua kebutuhan dalam keluarga secara bersama-sama, mulai dari nafkah, sampai hubungan sex dan kasih sayang. Semua harus tecukupi.

Penuhi Kebutuhan agama
Agama memegang peranan penting, karena sebagai sarana berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Agama sangat terlihat perannya ketika kita mengalami kesulitan dan kita akan berusaha berkomunikasi dengan Allah sebagai Dzat yang dapat memberikan solusi.

Rekreasi
Tidak semua rekreasi mahal, dengan biaya yang relatif kecil kita bisa memanjakan keluarga jalan-jalan agar bisa me refresh suasana hati dan pikiran sehingga tidak jenuh. Usahakan satu pekan sekali refreshing agar jiwa selalu segar dan selalu siap untuk memulai aktivitas/kerja seberat apapun.

Hadiri acara di Masyarakat
Manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial oleh karena itu tidak mungkin lepas dari masyarakat. Agar bisa menjaga hubungan baik dengan masyarakat sebaiknya kita ikut acara yang ada di masyarakat walau dalam lingkup kecil seperti Rapat RT atau ronda siskamling. Kelihatannya ini sepele namun ini sangat baik untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

Jumat, 14 Mei 2010

Tujuan Nasional

Tujuan nasional bangsa Indonesia secara jelas termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, yaitu ada 3:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2. Memajukan kecerdasan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Kamis, 13 Mei 2010

Demokrasi -Demokratisasi-Demokrasi Pancasila

Pengertian
Tidak ada rujukan yang dijadikan satu-satunya sumber untuk menjelaskan demokrasi. Namun jika membicarakan demokrasi maka harus mencakup tiga pembahasan yaitu:Universal, Konseptual dan Kontekstual. Masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut:

Semua negara mengakui bahwa Demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik.
Kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya system politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriterpun masih mengaku dirinya sebagai negara demokrasi. Ini menunjukkan bahwa demokrasi itu penting dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan.

Demokrasi pengertian etimologis mengandung makna pengertian universal. Abraham Lincoln th 18673 memberikan pengertian demokrasi “ government of the people, by the people, and for the people”.
Menurut etimologi/bahasa, demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu dari demos = rakyat dan cratos atau cratein=pemerintahan atau kekuasaan. Demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi rakyat mendapat kedudukan penting didasarkan adanya rakyat memegang kedaulatan.
Pelaksanaan demokrasi ini ada dua cara yaitu demokrasi langsung dan tidak langsung.
Demokrasi langsung, rakyat seluruhnya dikutsertakan dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan dan mengambil keputusan. Hal ini terjadi pada zaman yunani kuno (abad ke 4 SM – abad ke 6 SM). Pada masa itu Yunani berupa negara kota (polis). Akan tetapi pada masa itu ada pembatasan ikut dalam pemerintahan adalah anak, wanita dan budak. Akibat perkembangan penduduk maka system demokrasi. Akibat perkembangan penduduk maka demokrasi langsung sudah tidak memungkin lagi sehingga timbul cara kedua yaitu demokrasi tidak langsung.
Demokrasai tidak langsung dilaksanakan melalui system perwakilan. Biasanya dilaksanakan dengan cara pemilihan umum. Secara terminology . Demokrasi dari segi terminology mengandung makna demokrasi konseptual. Demokrasi dilihat dari segi pemikiran politik. Torres demokrasi dilihat dari tiga tradisi pemikiran politik. Clssical Aristotelian theory, medieval theory dan contemporary doctrine. Torres melihat demokrasi dari segoi formal dan substantive.
Formal menunjuk pada demokrasi dlm arti system pemerintahan. Substantive menunjuk pada demokrasi dalam 4 bentuk.
(1) menitik beratkan pada perlindungan terhadap tirani.
(2) titik berat pada manusia mengembangkan kekuasaan dan kemampuan.
(3) melihat keseimbangan partisipasi masyarakat terhadap beban yang berat dan tuntutan yang tidak dapat dipenuhi.
(4) bahwa tidak dapat mencapai partisipasi yang demokratis tanpa perubahan lebih dulu dalam keseimbangan social dan kesadaran social. Perubahan social dan partisipasi demokratis perlu dikembangkan secara bersamaan karena satu sama lain saling ketergantungan.
Dari segi terminology dan konseptual ada beberapa pendapat : 1. Tradisi pemikiran Aristotelian demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan;
2. Tradisi medieval theory menerapkan roman law dan konsep popular souvregnty.
3. Contemporary doctrine dengan konsep republik dipandang sebagai bentuk pemerintahan rakyat yang murni. 4. Harris Soche, Demokrasi adalah pemerintahan rakyat karena itu kekuasaan melekat
pada rakyat.
5..Henry B. Mayo, system politik demokratis adalah menunjukkan kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat, dan didasarkan atas kesamaan politik dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

International Commision for Jurist, Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan untuk membuat keputusan politik diseleng-garakan oleh wakil wakil yang dipilih dan bertanggung jawab kepada mereka melalui pemilihan yang bebas.

7. C.F. Strong, Suatu system pemerintahan pada mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar system perwakilan yang menjamin bahwa pemerin-tah akhirnya mempertanggung jawabkan tindakan kepada mayoritas
8.Samuel Huntington, system politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan semua orang dewasa mempunyai hak yang sama memberikan suara.

Demokrasi secara kontekstual dilihat dari fakta kenyataan pemerintahan yang pernah dan sedang terjadi. Indosnesia pada zaman pemerintahan Soekarno masa orde lama dengan konstitusi RIS dan UUDS 50 dikenal demokrasi liberal, setelah kembali ke UUD 45 dikenal demokrasi terpimpin. Era Soeharto dan orde baru diukenal demokrasi Pancasila, era reformasi sejak 1998 masih dikenal demokrasi Pancasila.

Demokrasi pernah dipahami sebagai bentuk pemerintahan, akan tetapi perkembangannya dipahami dalam pengertian luas, sebagai bentuk pemerintahan dan politik.

Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan.

Pada awalnya Plato mengemukakan 5 macam bentuk negara sesuai dengan sifat tertentu dari jiwa manusia.
  1. Aristokrasi, pemerintahan dipegang oleh sekelompok kecil para cerdik pandai berdasarkan keadilan. Kemerosotan dari aristokrasi ini menjadi Timokrasi.
  2. Timokrasi,. Pemerintahan dijalankan untuk menda-patkan kekayaan untuk kepentingan sendiri. Oleh karena kekayaan untuk kepentingan sendiri lalu jatuh dan dipegang olah kelopmpok hartawan. Sehingga yang berhak memerintah adalah orang yang kaya saja timbullah oligarchi.
  3. Oligarchi, pemerintahan dijalankan oleh sekelompok orang yang memegang kekayaan untuk kepentingan pribadi.. Timbul kemelaratan umum. Banyak orang miskin. Tekanan penguasa semikin berat. Rakyat semakin sengsara. Akhirnya rakyar sadar dan bersatu memegang pemerintahan. Timbullah Demokrasi.
  4. Demokrasi. Pemerintahan secara demokrasi diutama-kan kemerdekaan dan kebebasan. Oleh karena kebe-basan dan kemerdekaan ini terlalu diutamakan timbul kesewenang-wenangan. Kemerdekaan dan kebebasan menjadi tidak terbatas. Lalu timbullah prinsip Anarki.
  5. Anarchi, pemerintahan anarki seseorang dapat berbuat sesuka hatinya. Rakyat tidak mau lagi diatur, karena ingin mengatur dan memerintah sendiri. Negara menjadi kacau. Untuk itu perlu pemimpin yang keras dan kuat. Akhirnya timbullah Tirany.
  6. Tirany. Pemerintahan dipegang oleh seorang saja dan tidak suka terdapat peresaingan. Semua orang yang menjadi saingan disingkirkan dan diasingkan,. Pemerintahan ini tambah jauh dari keadilan.
Demokrasi dari system politik lebih luas dari bentuk pemerintahan.
Menurut Huntington, system politik dapat dibedakan dari system politik demokrasi dan non demokrasi.
Sistem politik demokrasi, system pemerintahan dalam suatu negara yang menjalankan prinsip demokrasi. Tidak sewenag-wenang. Kekuasaan tidak takterbatas. Mengutamakan kepentingan umum dan keadilan. (contoh lihat penjelasan umum UUD 45 sebelum amandemen, ada disebutkan 7 prinsip pemerintahan yang baik).
DEMOKRATISASI

Demokratisasi merupakan penerapan kaidah-kaidah atau prinsip demikrasi pada keguatan sistem politik kenegaraan. Tujuasn untuk membentuk kehidupan politik bercirikan demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju system pemerintahan yang lebih demokratis.

Tahapan demokrasi:
  1. pergantian dari penguasa non demokratis ke penguasa demokrasi
  2. pembentikan lembaga dan tertib politik demokrasi;
  3. konsolidasi demokrasi
  4. praktik demokrasi sebagai budaya politik bernegara.
Ciri-ciri demokrasi.
  1. berlangsung secara evolusioner;
  2. perubahan secara persuasive bukan koersif; (musyawarah bukan paksaan atau kekerasan);
  3. proses demokrasi tidak pernah selesai. Demokrasi suatu yang ideal tidak pernah tercapai. Negara yang benar-benar demokrasi tidak ada. Bahkan negara yang menyatakan negaranya demokrasi dapat jatuh menjadi otoriter.
Demokrasi di Indonesia

Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktikkan ide ten-tang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa. Disebut demokrasi desa.Contoh pelaksanaan demokrasi desa pemilihan kepala desa dan rembug desa. Inilah demokrasi asli.
Demokrasi desa mempunyai 5 ciri.
Rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut
Mempergunakan pendekatan kontekstual, demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila ini oleh karena Pancasila sebagai ideology negara, pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar negara Indonesia dan sebagai identitas nasional Indonesia. Sebagai ideology nasional, Pancasila sebagai cita-cita ma-syarakat dan sebagai pedoman membuat keputusan politik. Sebagai pemersatu masyarakat yang menjadi prosedur penyelesaian konflik.
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila sbb:
  1. Kedaulatan rakyat;
  2. republik
  3. Negara berdasar atas hukum
  4. Pemerintahan yang konstitusional
  5. Sistem perwakilan
  6. Prinsip musyawarah
  7. Prinsip ketuhanan
Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas dan sempit.
Secara luas, demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam bidang politik, ekonomi dan social.
Secara sempit, demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebi-jaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

Sehubungan dengan demokrasi Pancasila, di Indonesia mengenal juga istilah “masyarakat Madani” (civil society).

Welzer dengan rumusan konseptual, civil society adalah jaringan yang kompleks dari LSM diluar pemerintahan ne-gara (NGO) yang bekerja secara merdeka atau bersama-sama pemerintah yang diatur oleh hukum. Ia merupakan ranah publik yang beranggotakan perorangan.

Masyarakat madani Indonesia tidak sepenuhnya sama dengan civil society menurut konsep liberalisme/komunita-rianisme Barat. Masyarakat madani Indonesia mempunyai ciri khas, tetap agamis/religius dan adanya fasilitasi lebih nyata dari negara dalam hal memberikan jaminan hukum dan dukungan politik bagi kehadiran masyarakat madani, suasana kulturtal dan ideologis dan menyediakan infrastruktur social yang diperlukan.
Keterkaitan Demokrasi Pancasila dengan civil society/ masyarakat madani Indonesia, secara kualitatif ditandai oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jaminan hak asasi manusia, penegakan prinsip rule of law, partisipasi yang luas dari warganegara dalam mengam bil keputusan publik diberbagai tingkatan, pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengembangkan warganegara Indonesia yang cerdas dan baik, berakhlak baik serta berbudi luhur.


SISTEM POLITIK DEMOKRASI

1. Landasan System Politik Demokrasi di Indonesia

Menurut Samuel Huntington sistem politik demokrasi dapat dibedakan dari system politik demokrasi dan non demokrasi.
Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur dan kelembagaan yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin hak kebebasan warganegara, membatasi kekuasaan pemerintah dan mem-berikan keadilan. Indonesia sejak awal berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politik.
Negara Indonesia sebagai negara demokrasi terdapat pada pembukaan UUD 45 alinea ke 4 dan Ps 1 ayat (2) UUD 45 (sebelum di amandemen), kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ps 1 ayat (2) setelah diamandemen berubah menjadi “kedaulatan berada dita-ngan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Perubahan ini menghi-langkan kata “dilaksanakan sepenuhnya” menjadi dilaksanakan menu-rut UUD. Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara Indonesia telah menganut demokrasi.

2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan UUD 45

a. Berbentuk republik (Ps 1 ayat (1)
b. Ide kedaulatan rakyat (Ps 1 ayat (2))
c. Negara berdasar atas hukum (Ps 1 ayat (3))
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi (lihat BAB III)
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab. Masalah pertanggung jawaban pemerintah dalam hal ini Presiden kepada siapa dan bagaimana serta waktu penyampaian pertanggung jawaban tidak diatur dalam UUD 45, baik sebelum dan sesudah di amandemen.
f. Sistem perwakilan. Sistem ini jelas dalam UUD 45 dengan adanya Pemilihan Umum, untuk memilih wakil rakyat di DPR/D dan DPD.
g. Sistem pemerintahan Presidensiil. Hal ini jelas pada makna negara berbentuk republik, dan Presiden memegang kekua-saan pemerintahan menurut UUD. Presiden dibantu oleh wakil Presiden. Selain itu Presiden dibantu oleh menteri-menteri.


PENDIDIKAN DEMOKRASI

Perilaku dan kultur demokrasi menunjuk pada nilai-nilai demokrasi di masyarakat. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Menurut Henry B. Mayo nilai-nilai demokrasi meliputi damai, sejahtera, adil, jujur, menghargai perbedaan, menghormati kebebasan. Membangun kultur demokrasi berarti tindakan mensosialisasikan, mengenalkan dan menegakkan nilai demokrasi pada masyarakat. Membangun kultur demokrasi lebih sulit dari membangun struktur demokrasi. Tidak tegaknya kultur demokrasi menyebabkan masya rakat sulit diatur, terjadi kekerasan, terror, brutal, masyarakat tidak aman. Contohnya : Sampai sekarang masih ada usaha RMS yang ditandai dengan ulang tahun RMS, Gerakan Papua Merdeka yang ditandai dengan ulang tahun setiap tahun. Perang antar suku yang bermotifkan SARA.
Indonesia sudah ada institusi demokrasi, masyarakat belum menikmati demokrasi, baik dikalangan pemerintahan, jasa usaha. Dari segi pemerintahan masyarakat banyak merasa tertindas. Pada jasa usaha terjadi penindasan terhadap pekerja. Nampaknya demok rasi masih merupakan usaha, dan masih terbatas pada kaum elit. Disini terlihat institusi tidak didukung oleh perilaku demokratis. Tercapainya demokrasi sampai menyentuh kehidupan rakyat cukup lama dan sulit, sehingga masih sangat mutlak diperlukan.
Ada 3 hal pengetahuan dan kesadaran demokrasi.
1. demokrasi adalah pola kehidupan menjamin hak warganegara;
2. demokrasi merupakan the long learning process
3. kelangsungan demokrasi tergantung kepada proses pendidikan demokrasi pada masyarakat secara luas.

Pendidikan demokrasi ini dapat diterapkan pola pemasyara-katkan moral pancasila dengan P4 yang berlaku seluruh lapisan masyarakat, mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi, pegawai rendah hingga Presiden, petani, pedagang, hingga pengusaha.
Pendidikan nilai-nilai demokrasi lebih baik dari sosialisasi. Pendidikan demokrasi dalam arti melakukan pendidikan nilai-nilai demokrasi itu terhadap semua warganegara tanpa kecuali rakyat atau birokrat. Pendidikan nilai-nilai demokrasi ini merupakan ba-gian dari pendidikan politik terhadap warganegara. Selama ini sa-lahnya pada kegiatan sosialisasi nilai-nilai, seharusnya pendidikan nilai-nilai demokrasi. Secara analogi pada waktu penataran P4 yang diajarkan adalah nilai-nilai Pancasila, mengapa tidak diajar-kan nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan demokrasi.
Nilai-nilai demokrasi itu dapat digali dalam makna demok-rasi itu sendiri yang telah dijabarkan dalam UUD dan kehidupan bernegara. Paling tidak nilai-nilai demokrasi itu mencakup :
1. masalah kedaulatan
2. makna negara berbentuk republik
3. negara berdasar atas hukum
4. pemerintahan yang konstitusionil
5. sistem perwakilan
6. prinsip musyawarah
7. prinsip ketuhanan

Pola demokrasi dapat mengembangkan unsur demokrasi desa yang terdiri dari rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes bersama dan menyingkir dari kekuasaan absolut.
Nilai-nilai demokrasi langsung dijabarkan dalam demokrasi dibi-dang politik, dibidang ekonomi dan dibidang sosial.

Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

Pengertian sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan - internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.

Produk Sosialisasi
Produk penting dari proses sosialisasi adalah self/personality/diri. Dalam rangka interaksi dengan orang lain, seseorang akan mengembangkan suatu keunikan dalam hal perilaku, pemikiran dan perasaan yang secara bersama-sama akan membentuk self.

Media Sosialisasi
Agen sosialisasi meliputi keluarga, teman bermain, sekolah dan media massa. Keluarga merupakan agen pertama dalam sosialisasi yang ditemui oleh anak pada awal perkembangannya. Kemudian kelompok sebaya sebagai agen sosialisasi di mana si anak akan belajar tentang pengaturan peran orang-orang yang berkedudukan sederajat. Sekolah sebagai agen sosialisasi merupakan institusi pendidikan di mana anak didik selama di sekolah akan mempelajari aspek kemandirian, prestasi, universalisme serta spesifisitas. Agen sosialisasi yang terakhir adalah media.

Pola Sosialisasi
Pola sosialisasi mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu represif dan partisipatoris. Represif menekankan pada penggunaan hukuman, memakai materi dalam hukuman dan imbalan, kepatuhan anak pada orang tua, komunikasi satu arah, nonverbal dan berisi perintah, orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, keluarga menjadi significant others. Sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pada individu diberi imbalan jika berkelakuan baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan pada interaksi, komunikasi terjadi secara lisan, anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, keluarga menjadi generalized others

Macam-macam Sosialisasi
Proses yang dialami individu terbagi atas sosialisasi primer dan sekunder, sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga Sedangkan sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Dalam sosialisasi sekunder terdapat proses resosialisasi dan desosialisasi, di mana keduanya merupakan proses yang berkaitan satu sama lain. Resosialisasi berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya, untuk penguatan dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut maka desosialisasi terjadi di mana diri individu yang lama “dicabut dan diberi” diri yang baru dalam proses resosialisasi. Kedua proses tersebut terlihat dengan jelas dalam suatu total institusi yang merupakan suatu tempat di mana terdapat sejumlah besar individu yang terpisah dari lingkungan sosialnya (#***#)

Pelajaran Berharga "Tidak Mudah Percaya-Semua Harus Cross check" Jangan Tertipu 2x


Baru saja saya dapat informasi dari status sahabat di FB bahwa Musik Mozart tidak membuat pintar, disertai link sumbernya.
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/05/11/brk,20100511-247066,id.html
dan ini makalah dari sumber aslinya :
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6W4M-4YX0BS9-1&_user=10&_coverDate=06%2F30%2F2010&_rdoc=1&_fmt=high&_orig=browse&_sort=d&view=c&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=d0014215ef3ed9bd8b6f4fa85e583006

Saya copy abstraknya sbb:
Mozart effect–Shmozart effect: A meta-analysis
Purchase the full-text article

Jakob PietschnigCorresponding Author Contact Information, a, E-mail The Corresponding Author, Martin Voraceka and Anton K. Formanna

a University of Vienna, Faculty of Psychology, Austria

Received 21 August 2009;
revised 9 March 2010;
accepted 12 March 2010.
Available online 21 April 2010.

Abstract

The transient enhancement of performance on spatial tasks in standardized tests after exposure to the first movement “allegro con spirito” of the Mozart sonata for two pianos in D major (KV 448) is referred to as the Mozart effect since its first observation by Rauscher, Shaw, and Ky (1993). These findings turned out to be amazingly hard to replicate, thus leading to an abundance of conflicting results. Sixteen years after initial publication we conduct the so far largest, most comprehensive, and up-to-date meta-analysis (nearly 40 studies, over 3000 subjects), including a diversity of unpublished research papers to finally clarify the scientific record about whether or not a specific Mozart effect exists. We could show that the overall estimated effect is small in size (d = 0.37, 95% CI [0.23, 0.52]) for samples exposed to the Mozart sonata KV 448 and samples that had been exposed to a non-musical stimulus or no stimulus at all preceding spatial task performance. Additionally, calculation of effect sizes for samples exposed to any other musical stimulus and samples exposed to a non-musical stimulus or no stimulus at all yielded effects similar in strength (d = 0.38, 95% CI [0.13, 0.63]), whereas there was a negligible effect between the two music conditions (d = 0.15, 95% CI [0.02, 0.28]). Furthermore, formal tests yielded evidence for confounding publication bias, requiring downward correction of effects. The central finding of the present paper however, is certainly the noticeably higher overall effect in studies performed by Rauscher and colleagues than in studies performed by other researchers, indicating systematically moderating effects of lab affiliation. On the whole, there is little evidence left for a specific, performance-enhancing Mozart effect.


Keywords: Mozart effect; Spatial ability; Publication bias; Meta-analysis


Jujur saya sangat kaget ternyata selama ini saya dibohongi alias jadi korban berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan ke benaranya alias hoax. Karena dari masih di dalam kandungan sampai usia 3 tahun lebih anak saya sering mendengarkan musik mozart dengan tujuan agar otaknya cerdas. Mengapa saya lakukan seperti ini karena sudah menjadi rahasia umum bahwa bahkan seolah-olah telah disepakati bahwa musik mozart membuat cerdas atau meningkatkan kecerdasan.

Namun setelah saya baca beritapada link diatas dan saya baca ringkasan penelitiannya di website resminya saya jadi kaget. Ternyata apa yang saya lakukan untuk meningkatkan kecerdasan otak anak melalui musik mozart ternyata sia-sia. Mulai sekarang saya akan cross check setiap informasi yang masuk apada saya walaupun informasi tersebut sudah seolah-olah disepakati khalayak umum. Prinsipnya saya tidak mau dibodohi, saya tidak mau dibohongi lagi, dan saya tidak mau menjadi korban yang sama untuk ke dua kali. (#***#)

Rabu, 12 Mei 2010

Esai

Esai merupakan jenis prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat nonformal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.

Tipe-tipe Esai
Ada enam tipe esai, yaitu :
• Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
• Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
• Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
• Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
• Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
• Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.

Apa yang membedakan esai dan bukan esai? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan dengan merujuk pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada, tetapi pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering kali masih tidak lengkap dan kadang bertolak belakang sehingga masih mengandung kekurangan juga. Misal mengenai ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang, dan dapat dibaca sekali duduk; mengenai isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian (sastra, budaya, filsafat, ilmu); dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan ada yang menyatakan teratur.

Penjelasan mengenai esai dapat lebih "aman dan mudah dimengerti" jika ditempuh dengan cara meminjam pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono, penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal (memusatkan perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model penalaran lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh).

Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih mengamalkan penalaran lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak, melainkan dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus menjawab suatu persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah makanan yang mengenyangkan.

Ciri-ciri Esai
1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
5. Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.(#***#)